Sebuah praktik baik dalam peningkatan kompetensi literasi
dan numerasi siswa melalui pendekatan inovatif “Gerak Mulia”.
SRI MARYATI, M.Pd.
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur
Surel: srimaryati34@dinas.belajar.id
A. Pendahuluan
SMP Al-Ikhlas Muhajirin berlokasi di
Desa Cibulakan Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur. Pada tahun 2022 terjadi
bencana alam gempa bumi yang meluluhlantakkan hampir semua banguanan, termasuk
sarana pendidikan. Bangunan Sekolah SMP Al-Ikhlas Muhajirin juga tak luput dari
serangan gempa bumi tersebut. Kerusakan bangunan sekolah akibat gempa membuat
siswa terpaksa belajar di tempat yang kurang memadai. Kehilangan berbagai
fasilitas sekolah, seperti buku, alat peraga, dan perpustakaan, membatasi akses
siswa terhadap materi pembelajaran yang beragam. Kegiatan belajar mengajar yang
terganggu akibat bencana menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti
pelajaran. Selain mengakibatkan rusaknya sarana fisik, gempa bumi tersebut juga
berdampak ke semua aspek, termasuk psikis siswa. Siswa yang mengalami trauma
akibat gempa bumi cenderung sulit berkonsentrasi dan fokus pada pembelajaran.
Kecemasan dan ketakutan yang berkelanjutan menghambat kemampuan mereka dalam
menyerap materi pelajaran. Fluktuasi emosi yang sering terjadi mengganggu
proses belajar siswa. Kondisi ini tentu saja tidak mendukung terciptanya
suasana belajar yang nyaman dan efektif. Selain fasilitas dan kondisi siswa,
guru pun tak luput dari dampak bencana gempa bumi ini. Para guru harus menghadapi
beban kerja yang lebih berat akibat bencana, seperti membenahi rumahnya yang
rusak dan tugas-tugas rekonstruksi sekolah. Hal ini dapat mengurangi waktu yang
mereka miliki untuk mempersiapkan pembelajaran yang efektif.
Keadaan darurat pasca bencana
mempengaruhi capaian sekolah dalam rapor pendidikan. Rapor pendidikan SMP
Al-Ikhlas Muhajirin tahun 2024 mengalami penurunan pada sebagian besar
indikator jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2023. Penurunan terbesar yaitu
pada indikator literasi yang tergolong kategori kurang. Pada tahun 2023,
capaian literasi sebesar 37,78, sedangkan pada tahun 2024 capaian literasi
berada pada angka 11,54. Begitupun dengan capaian numerasi, walaupun mengalami
kenaikan tapi masih termasuk kategori kurang, yaitu pada tahun 2023 mencapai
skor 15,56, sedangkan pada tahun 2024 hanya mencapai skor 19,23. Data tersebut
sejalan dengan rilis Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa
Barat mengenai Sekolah yang menjadi sasaran intervensi peningkatan capaian
literasi dan numerasi. Berdasarkan kondisi tersebut, saya selaku pengawas
pendamping SMP Al-Ikhlas Muhajirin merasa perlu untuk melakukan pendekatan
khusus guna mengatasi hal tersebut melalui Program Akselerasi Literasi Numerasi
Sekolah (PALAS). Sebuah program pendampingan dalam peningkatan kompetensi
literasi dan numerasi siswa melalui pendekatan inovatif melalui siklus dengan
tahapan refleksi dan identifikasi awal, benahi dan evaluasi. Kegiatan ini saya
adaptasi dari program “Gerak Mulia” yang diinisiasi oleh BBPMP Jawa Barat.
B. Isi
Tidak mudah membersamai dan
membenahi ekosistem sekolah pasca terjadinya bencana gempa bumi. Seperti yang
sudah dipaparkan sebelumnya semua aspek mengalami gangguan yang tidak sedikit
sehingga berdampak pada rendahnya capaian literasi dan numerasi Sekolah. Ketika
program pendampingan ini saya rancang, dihadapkan pada kondisi yang kurang
mendukung. Sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan program, guru memiliki peran
yang sangat penting dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
pembelajaran. Faktanya, di sekolah ini tidak semua guru dan tenaga kependidikan
memiliki komitmen yang sama terhadap program peningkatan literasi dan numerasi
ini. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh kurangnya kompetensi yang mereka
miliki. Kurangnya kompetensi guru dalam merancang pembelajaran yang berbasis
literasi dan numerasi akan berdampak salah satunya pada rendahnya capaian
literasi dan numerasi sekolah. Guru membutuhkan pelatihan khusus untuk
mengatasi tantangan dalam mengajar siswa yang mengalami trauma dan belajar
dalam kondisi yang tidak ideal.
1.
Refleksi dan Identifikasi Awal
|
Kegiatan Refleksi dan identifikasi awal |
|
Langkah awal yang saya lakukan yaitu
melakukan refleksi dan identifikasi awal bersama kepala sekolah dan perwakilan
guru sebagai penggerak komunitas untuk menyamakan persepsi mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya capaian literasi dan numerasi
Sekolah. Kami berdiskusi mengenai akar masalah dari kurangnya capaian literasi,
yaitu kepemimpinan instruksional, refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru dan kualitas
pembelajaran. Sedangkan akar masalah kurangnya capaian numerasi yaitu kemampuan
literasi, kepemimpinan instruksional dan refleksi dan perbaikan pembelajaran
oleh guru. Kami sepakat untuk memperbaiki bagian refleksi dan perbaikan
pembelajaran oleh guru. Kegiatan yang kami rancang yaitu In-House Training
(IHT) mengenai “Pemahaman dan Strategi Penguatan Literasi dan Numerasi”.
Kegiatan ini merupakan aktivitas perdana yang diinisiasi oleh para guru, tenaga
kependidikan dan kepala sekolah yang bersatu dalam sebuah komunitas belajar
yang kami sebut “KOMBELMU” (Komunitas Belajar Muhajirin).
2.
Benahi
Mengawali kegiatan kami melakukan ice breaking untuk mengembalikan konsentrasi guru-guru setelah
seharian beraktivitas bersama peserta didik. Kemudian dilanjutkan dengan
pemaparan kepala sekolah mengenai Visi Misi Sekolah yang salah satu diantaranya
adalah menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid. Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan
mengenai pentingnya eksplorasi rapor pendidikan oleh seluruh warga sekolah
untuk mengetahui indikator mana saja yang sudah baik dan indikator mana saja
yang masih dalam kategori kurang. Kemudian dicari akar masalahnya dan
dilaksanakan apa yang menjadi inspirasi benahi untuk meningkatkan capaian rapor
pendidikan. Semua peserta kegiatan secara bersama-sama melakukan eksplorasi rapor pendidikan dengan menggunakan
akun belajar.id masing-masing sebagai salah satu kegiatan refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran yang selama ini mereka lakukan. Dari hasil eksplorasi
menunjukkan bahwa indikator literasi dan numerasi masih berada dalam kategori
kurang (merah). Guru diarahkan untuk lebih mendalami capaian indikator literasi
dan numerasi dengan mempelajari akar masalah. Seperti yang sudah didiskusikan
sebelumnya dengan kepala sekolah dan perwakilan penggerak komunitas, bahwa
salah satu akar masalahnya adalah kurangnya refleksi dan perbaikan pembelajaran
oleh guru. Sehingga kegiatan IHT kali ini merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Selain itu, Guru-guru
juga dianjurkan untuk mempelajari inspirasi benahi melalui pelatihan mandiri di
Platform Merdeka Mengajar (PMM). Mereka menyadari bahwa kunci keberhasilan
terletak pada transformasi pembelajaran yang berpusat pada siswa.
|
Kegiatan ice breaking |
Kegiatan eksplorasi rapor pendidikan |
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, saya sebagai
pengawas pendamping berbagi contoh-contoh desain pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan dengan mengintegrasikan literasi dan numerasi. Desain-desain ini
tidak hanya mengasah kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga
menumbuhkan kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan
berbagai jenis teks tertulis dan meningkatkan kemampuan berpikir menggunakan
konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah
sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan. Dengan semangat untuk
memperbaiki proses pembelajaran, para guru dan kepala sekolah kemudian
berkolaborasi untuk merancang langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa dan kebutuhan sekolah. Setelah kegiatan setiap guru diharapkan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berbasis literasi dan numerasi sebagai langkah awal
dalam menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Mereka membuat dan
mengumpulkan RPP tersebut melalui tautan daftar hadir sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh sertifikat kegiatan perdana KOMBELMU.
|
Pemaparan dan diskusi |
Kegiatan foto bersama |
Dengan kegiatan PALAS mulai terlihat
perubahan ke arah positif dari warga Sekolah. Setidaknya ada tiga hal yang saya
berharap dapat terus ditingkatkan dari kepala sekolah dan rekan-rekan guru di
SMP Al-Ikhlas Muhajirin yaitu:
- Peningkatan Kompetensi: Guru memperoleh pengetahuan
dan keterampilan baru dalam menerapkan metode pembelajaran yang inovatif
dan menarik. Sehingga dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik sesuai
dengan amanat Undang-Undang No. 14 tahun 2005 yaitu Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Dengan bekal pengetahuan baru ini, guru-guru di SMP
Al-ikhlas Muhajirin kini mulai dapat merancang pembelajaran yang lebih
menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Hal tersebut sejalan dengan
temuan dari Fitria, H., Kristiawan, M., & Rahmat, N. (2019) bahwa Seorang
guru yang profesional harus selalu mengembangkan diri untuk memenuhi
tuntutan dalam tugasnya sebagai pendidik. Program Akselerasi Literasi
Sekolah (PALAS) hadir sebagai salah satu katalisator yang mendorong para
guru untuk terus berinovasi dan meningkatkan kompetensinya.
- Meningkatnya Motivasi: Guru merasa lebih termotivasi
dalam menjalankan tugasnya karena melihat perkembangan positif pada siswa
setelah dirancang dan diterapkan metode pembelajaran yang berpihak pada
murid melalui pengintegrasian literasi dan numerasi. Hal tersebut
dikemukakan oleh (Hersberg, 2001) yang berpendapat bahwa motivator
merupakan faktor-faktor yang dapat mendorong semangat guna mencapai
kinerja yang lebih tinggi dan dengan mutu lebih baik. Motivator yang
berupa: (a) pencapaian, (b) pengakuan, (c) sifat pekerjaan, (d) tanggung
jawab, dan (e) kemajuan. Ketika seorang guru melihat siswa-siswanya
antusias mengikuti pelajaran, memahami konsep yang diajarkan, dan bahkan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam, tentu saja hal ini akan
sangat memotivasi. Dengan program PALAS, guru-guru melihat sendiri
bagaimana minat baca siswa meningkat, kemampuan berpikir kritis siswa
berkembang, dan prestasi akademik siswa membaik. Keberhasilan siswa ini
menjadi penyemangat bagi guru untuk terus memberikan yang terbaik dalam
mengajar. Selain itu, apresiasi dan dukungan dari kepala sekolah dan rekan
sejawat juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan motivasi guru.
- Kolaborasi yang Lebih Baik: Program PALAS tidak hanya
berfokus pada peningkatan kompetensi individu guru, tetapi juga mendorong
kolaborasi antar guru. Sebagaimana pendapat Kasmawati, Y. (2020) bahwa kolaborasi guru
merupakan sarana bagi guru untuk meningkatkan kompetensinya baik berupa
pengetahuan, keterampilan maupun pengalaman. Hadirnya komunitas belajar di
SMP Al-Ikhlas Muhajirin semakin mendorong kolaborasi antar guru. Guru-guru
dari berbagai mata pelajaran dapat saling berbagi ide, pengalaman, dan
sumber daya untuk menciptakan pembelajaran yang lebih terintegrasi.
Kolaborasi yang baik ini tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran,
tetapi juga menciptakan suasana kerja yang lebih harmonis dan
menyenangkan.
3. Evaluasi
Kegiatan pendampingan dalam bentuk
IHT mengenai
“Pemahaman dan Strategi Penguatan Literasi dan Numerasi” dapat berjalan baik.
Sebagian besar guru dapat hadir dan mengikuti kegiatan dengan baik sampai akhir
kegiatan. Dampak dari kegiatan ini sudah mulai nampak dari bertambahnya
kompetensi guru dalam merancang pembelajaran berbasis literasi dan numerasi, semangat
mereka yang mulai meningkat dan mulai tumbuhnya kolaborasi antar guru melalui
kegiatan komunitas belajar. Akan tetapi,
kegiatan pendampingan tidak cukup sampai siklus pertama saja. Saya akan kembali
untuk mengulang langkah pendampingan di siklus kedua mulai dari refleksi dan
identifikasi awal, benahi dan evaluasi untuk memperbaiki dan meningkatkan
capaian literasi dan numerasi SMP Al-Ikhlas Muhajirin.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Kolaborasi guru dan kreativitas guru
merupakan dua faktor penting yang saling melengkapi dalam keberhasilan program
PALAS. Kolaborasi memungkinkan guru untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman,
sedangkan kreativitas guru memungkinkan mereka untuk menciptakan pembelajaran
yang menarik dan bermakna bagi siswa. Dibutuhkan evaluasi berkelanjutan untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai efektivitas program PALAS dan untuk
mengukur sejauh mana program telah mencapai tujuan yang ditetapkan,
mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki, dan mengambil langkah-langkah
untuk meningkatkan kualitas program di masa mendatang.
- Saran
Berdasarkan pengalaman dan evaluasi yang telah dilakukan, beberapa saran untuk pengembangan program PALAS yang lebih efektif:
- Lanjutkan pendampingan pada siklus berikutnya guna keberhasilan program pendampingan.
- Selenggarakan pelatihan secara berkala untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid, terutama untuk meningkatkan capaian literasi dan numerasi Sekolah.
- Konsisten dalam kegiatan komunitas belajar guru untuk berbagi pengalaman dan mengembangkan praktik terbaik.
REFERENSI
Fitria,
H., Kristiawan, M., & Rahmat, N. (2019). Upaya meningkatkan kompetensi guru
melalui pelatihan penelitian tindakan kelas. Abdimas Unwahas, 4(1).
Kasmawati, Y. (2020).
Peningkatan Kompetensi Melalui Kolaborasi: Suatu Tinjauan Teoritis Terhadap
Guru. Equilibrium: Jurnal Pendidikan,
8(2), 136-142.
Tan, T.
H., & Waheed, A. (2011). Herzberg's motivation-hygiene theory and job
satisfaction in the Malaysian retail sector: The mediating effect of love of
money.
Undang - Undang Republik
Indonesia Nomor 14
tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen: https://kspstendik.kemdikbud.go.id/regulasis/detail/undang-undang-republik-indonesia-nomor-14-tahun-2005-tentang-guru-dan-dosen







0 komentar