ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM105

Aksi Nyata Paket Modul 3

Minggu, 24 Oktober 2021

 

PEMANFAATAN RUANG GURU DALAM KEGIATAN PTS UNTUK MEMFASILITASI LITERASI DIGITAL PESERTA DIDIK

Sri Maryati

SMPN 1 Sukaresmi

Perkembangan teknologi informasi telah menciptakan sebuah “ruang baru” yang bersifat artifisial dan maya, yang disebut cyberspace (Piliang, 2012). Perkembangannya yang sangat pesat mampu memberikan pengaruh besar dan mendominasi seluruh sektor kehidupan masyarakat, termasuk di dunia Pendidikan (Setyaningsih, R., dkk, 2019). Dalam dunia pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar dan menengah, memiliki konsekuensi berupa desain pembelajaran dengan memanfaatkan media digital sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan literasi digital peserta didik.

Rekomendasi dari penelitian yang dilakukan oleh Kurnia, N., & Astuti, S. I. (2017) bahwa perlunya lebih banyak pelaku kegiatan yang bukan berasal dari perguruan tinggi, pentingnya mengeksplorasi ragam literasi digital yang bersifat kreatif dan ‘empowerment’, perlunya memperluas target sasaran literasi digital supaya tidak hanya tertuju pada kaum muda saja, dan pentingnya kemitraan dengan berbagai pihak diperluas dan diperkuat, khususnya dengan pemerintah, media dan korporasi.

Berdasarkan fenomena dan rekomendasi tersebut, sebagai seorang pendidik, saya memutuskan untuk mengeksplorasi ragam literasi digital dan bersifat kreatif dan ‘empowerment’ dengan memperluas dan memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak melalui kegiatan “Pemanfaatan Ruang Guru dalam Kegiatan Penilaian Tengah Semester (PTS) untuk Memfasilitasi Literasi Digital Peserta Didik”.

Adapun yang menjadi paradigma dan prinsip yang menjadi pertimbangan pengambilan keputusan tersebut yaitu:

  • Paradigma yang digunakan yaitu jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), karena saya perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang bagi guru dan siswa terutama mengenai perkembangan teknologi informasi.
  • Prinsip yang mendasari pilihan pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), karena keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan di masa depan guru dan siswa harus literat teknologi.

Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Asset-Based Community Development (ABCD)  dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).

Dalam menyusun sebuah program saya bertolak dari misi sekolah sebagai tujuan suatu program. Misi yang saya angkat pada program kali ini yaitu melaksanakan pembelajaran (termasuk penilaian) yang efektif dan menyenangkan, serta mengembangkan bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berdasarkan minat, bakat, dan potensi peserta didik. Selanjutnya saya melakukan identifikasi aset utama yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa dan orang tua), modal sosial (MGMP rumpun dan ruang guru) dan modal fisik (ruang kelas dan internet).  Berdasarkan misi dan modal tersebut, saya memilih untuk memanfaatkan ruang guru dalam kegiatan PTS untuk memfasilitasi literasi digital peserta didik.

Hal pertama yang dilakukan setelah memutuskan program “Pemanfaatan Ruang Guru dalam Kegiatan PTS untuk Memfasilitasi Literasi Digital Peserta Didik” adalah memperdalam penguasaan teknik menyusun soal di aplikasi ruang kelas dari ruang guru. Kemudian mengkomunikasikan mengenai pentingnya berinovasi dalam kegiatan PTS kepada rekan di sekolah salah satunya melalui memanfaatkan ruang guru. Langkah selanjutnya yaitu menyusun kisi-kisi dan  soal PTS di ruang kelas ruang guru, mendaftar dan mengikuti ruang guru festival dan melaksanakan kegiatan PTS. Setelah itu, mempelajari analisis hasil PTS peserta didik di ruang kelas ruang guru, mengevaluasi kegiatan PTS dan pengambilan kesimpulan dari hasil pelaksanaan PTS, serta menyusunan rencana tindak lanjut.

Pelaksanaan kegiatan PTS di ruang guru berjalan dengan lancar. Sebagian besar siswa melaksanakan PTS dengan lancar dan sangat antusias. Mereka berpendapat bahwa ada beberapa kelebihan Ketika melaksanakan PTS di ruang guru, diantaranya:

a.       Hasil PTS bisa diketahui secara langsung setelah selesai ujian.

b.       Terdapat pembahasan soal segera setelah PTS dilaksanakan.

c.       PTS dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana saja.

d.       Terdapat menu daftar hadir yang disertai foto saat pelasanaan PTS.

e.       PTS jadi asyik dan menyenangkan.

Kegiatan pemfaatan ruang guru dalam pelaksanaan PTS ini dapat memfasilitasi literasi digital peserta didik. Literasi digital merupakan pengetahuan dan juga emosi dalam menggunakan media dan perangkat digital termasuk internet (Buckingham 2006). Konsep lain yang juga terkait dengan literasi digital adalah literasi informasi yang membekali khalayak dengan kemampuan untuk mencerna, memahami, menyeleksi, dan mendapatkan kembali (to retrieve) informasi di tengah banjir informasi yang terjadi. Dalam kegiatan ini saya sependapat  dengan Kurnia, N., & Astuti, S. I. (2017) yang memaknai literasi digital sebagai sebuah konsep yang mengarah pada mediasi antara teknologi dengan khalayak atau user untuk mempraktikkan teknologi digital secara produktif, yaitu salah satunya melalui pemanfaatan media digital ruang guru dalam pelaksanaan PTS.

Pelaksanaan PTS berjalan dengan lancar salah satunya dipengaruhi oleh pelibatan orang tua dalam mengawasi pelaksanaan PTS terutama yang melaksanakan di rumah. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian  Kurnia, N., & Astuti, S. I. (2017) bahwa literasi digital harus diberikan dalam level keluarga, sekolah, dan negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa  teknologi digital terus merangsek kehidupan keluarga saat ini tanpa terbendung. Baik orang tua maupun anak-anak menjadi pengguna media digital dalam berbagai bentuk, seperti komputer, telepon pintar, piranti permainan/game maupun internet (Fatmawati, N. I., 2019). Maka orang tua perlu mengembangkan cara baru mendidik anak di era digital (Wicaksono, dkk. 2019).

Anak-anak generasi z dan generasi alpha sebagaimana generasi sebelumnya membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang tua untuk menggunakan media digital dengan bijaksana. Maka orang tua perlu memahami nilai utama dunia digital yang menyetir kehidupan kita saat ini. Ada tiga nilai penting: kreatiftas, kolaborasi dan berpikir kritis (Kurnia dan Engelbertus Wendratama, 2017). Pelibatan orang tua selain pada tahap pengawasan peserta didik selama PTS, mereka juga dilibatkan dalam evaluasi kegiatan melalui wawancara setelah selesai kegiatan PTS.

Dalam melaksanakan program ini, saya juga melibatkan komunitas di sekolah untuk berbagi mengenai pentingnya berinovasi dalam melakukan kegiatan asesmen, salah satunya kegiatan PTS. Inovasi tersebut diantaranya melalui penggunaan media digital “Ruang Guru” dalam pelaksanaan PTS yang menyenangkan. Beberapa rekan tertarik untuk bergabung di organisasi ruang kelas dari ruang guru dan melakukan terobosan yang sama yaitu melaksanakan PTS di ruang guru. Pencapaian ini sejalan dengan temuan Kurnia, N., & Astuti, S. I. (2017), bahwa perlunya memperluas target sasaran literasi digital supaya tidak hanya tertuju pada kaum muda saja, dan pentingnya kemitraan dengan berbagai pihak diperluas dan diperkuat, khususnya dengan pemerintah, media dan korporasi. Dalam hal ini, saya memperluas dan memperkuat kemitraan dengan salah media digital yaitu ruang guru.

 

Organisasi SMPN 1 Sukaresmi di ruang guru

Anggota organisasi SMPN 1 Sukaresmi




Saya merasa senang dan antusias dalam melaksanakan setiap tahapan dari program ini. Antusiasme saya semakin bertambah ketika melihat partisipasi peserta didik yang tinggi dalam mengikuti PTS di ruang guru tersebut. Ketika mereka memberi testimoni bahwa PTS di ruang guru sangat menyenangkan dan testimoni-testimoni positif lainnya dari mereka, menambah motivasi saya untuk terus berinovasi dalam program yang berpihak pada murid, dimana mereka terlibat baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu program. Walaupun pada program ini, keterlibatan mereka masih dominan dalam tahap pelaksanaan. Mereka hanya dilibatkan dalam tahap perencanaan melalui pengisian kuisioner dan wawancara mengenai penilaian seperti apa yang mereka inginkan. Di tahap evaluasi, peserta didik dilibatkan melalui obervasi dan wawancara mengenai monitoring dan evaluasi, baik pada saat proses berlangsung, maupun setelah kegiatan dilaksanakan. Kedepannya keterlibatan mereka ingin saya tingkatkan di ketiga tahapan tersebut.

Walaupun pelaksanaan PTS di ruang guru secara garis besar berjalan lancar. Akan tetapi, masih ada beberapa hal yang belum berhasil, berikut beberapa pembelajaran yang didapat baik dari keberhasilan maupun dari kegagalan dan rencana perbaikan di masa yang akan datang.

  1. Sebagian besar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan PTS di ruang guru dengan lancar. Hal tersebut perlu dipertahankan dan bahkan ditingkatkan lagi pada pelaksanaan yang akan datang.
  2. Literasi digital yang ingin difasilitasi dalam program ini masih bersifat umum, belum spesifik. Kedepannya ingin ditindaklanjuti dengan penjabaran kompetensi literasi digital, sehingga program dan hasilnya lebih terarah.
  3. Sebagian kecil peserta didik sudah mendaftar dan mengikuti ruang guru festival. Hal tersebut terjadi karena kurangnya penjelasan kepada anak mengenai keuntungan mengikuti kegiatan tersebut. Kedepannya saya ingin meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam berbagai kompetisi, baik lokal maupun regional dan nasional.
  4. Sebagian kecil peserta didik masih terkendala melaksanakan PTS di ruang guru, karena beberapa alasan, yaitu tidak mempunyai kuota internet dan tidak memiliki handphone. Hal ini dapat diatasi dengan memfasilitasi peserta didik yang tidak memiliki kuota internet dengan memanfaatkan jaringan wifi sekolah. Sedangkan bagi yang terkendala karena tidak memiliki handphone, maka mereka difasilitasi dengan menggunakan komputer sekolah.
  5. Sebagian kecil siswa menemui kendala dalam daftar di aplikasi ruang guru dan terkendala dalam melakukan PTS di ruang guru. Hal tersebut diantisipasi dengan membuat video tutorial bagaimana pelaksanaan PTS di ruang guru dan mendampingi mereka ketika PTS di sekolah serta melayani keluhan mereka melalui pesan whatsapp untuk peserta didik yang melaksanakan PTS di rumah.
  6. Belum banyak rekan guru yang mau bergabung di Organisasi ruang kelas dari ruang guru. Mereka belum mau membuka mindset mereka mengenai pelaksanaan asesmen, termasuk kegiatan PTS. Solusinya yaitu jangan bosan untuk terus mengajak dan membagikan praktik baik yang dilakukan kepada mereka.
  7. Partisipasi orang tua dalam monitoring dan evaluasi kegiatan belum optimal. Masih banyak dari mereka yang tidak berkomentar ketika informasi mengenai kegiatan PTS dibagikan di grup mata pelajaran. Kedepannya partisipasi orang tua akan lebih ditingkatkan, terutama dalam ketiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

 

Daftar Pustaka

 

Buckingham, David. (2006). “Defining Digital Literacy: What do young people need to know about digital media?”. Digital Kompetanse.” 4-2006. 1. 263- 276.

Cramer, K. D., & Wasiak, H. (2006). Change the way you see everything through asset-based thinking. Running Press Adult.

Fatmawati, N. I. (2019). Literasi digital, mendidik anak di era digital bagi orang tua milenial. Madani Jurnal Politik Dan Sosial Kemasyarakatan11(2), 119-138.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2020). Paket Modul 3 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah. Jakarta: Kemdikbud.

Kretzmann, J., & McKnight, J. P. (1996). Assets-based community development. National civic review85(4), 23-30.

Kurnia, N., & Astuti, S. I. (2017). Peta gerakan literasi digital di Indonesia: studi tentang pelaku, ragam kegiatan, kelompok sasaran dan mitra. Informasi47(2), 149-166.

Kurnia, Novi dan Engelbertus Wendratama. 2017. Panduan Orangtua Mendampingi Anak Berinternet, Yuk Temani Anak Berinternet. Yogyakarta : Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UGM.

Nurjanah, E., Rusmana, A., & Yanto, A. (2017). Hubungan literasi digital dengan kualitas penggunaan e-resources. Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi Dan Kearsipan3(2), 117-140.

Piliang, Y. A. (2012). Mayarakat Informasi dan Digital: Teknologi Informasi dan Perubahan Sosial. Jurnal Sosioteknologi, 27(11), 143–156.

Setyaningsih, R., Abdullah, A., Prihantoro, E., & Hustinawaty, H. (2019). Model penguatan literasi digital melalui pemanfaatan e-learning. Jurnal Aspikom3(6), 1200-1214.

Wicaksono, dkk. 2019. Demokrasi Damai Era Digital. Jakarta : Siberkreasi.

 

 

Dokumentasi Kegiatan

Penyusunan soal di ruang kelas pada ruang guru


Pelaksanaan PTS di ruang guru

Analisis Nilai langsung dapat dilihat

Share This :

0 komentar