ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM105

3.2.A.9. KONEKSI ANTAR MATERI - PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Rabu, 29 September 2021

 

3.2.A.9. KONEKSI ANTAR MATERI - PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Sri Maryati

SMP NEGERI 1 SUKARESMI

a.   Sintesis berbagai materi

Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah.  Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah keuangan dan sarana dan prasarana.

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1.   Modal Manusia

2.   Modal Sosial

3.   Modal Fisik

4.   Modal Lingkungan/alam

5.   Modal Finansial

6.   Modal Politik

7.   Modal Agama dan budaya

Dalam mengimplementasikan pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, baik  di dalam kelas, sekolah, maupun masyarakat sekitar sekolah, saya  berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh ketiganya. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Daripada menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas. Kemudian bisa dengan cara menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan.

Pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas, misalnya ketika sekolah kita belum memiliki fasilitas laboratorium yang memadai, kita masih bisa melakukan kegiatan praktikum. Kegiatan praktik tersebut dapat dilakukan dengan alat dan bahan yang sekreatif mungkin. Sehingga kekurangan kita menjadi sebuah kekuatan  untuk menyelenggarakan pembelajaran yang lebih bermakna,kreatif dan inovatif.

Materi pemimpin pembelajaran  dalam pengelolaan sumber daya berhubungan dengan materi lain yang saya dapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pendidikan Guru Penggerak (PGP), diantaranya sebagai berikut.

a.    Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid (Tomlinson 2000). Sebelum merancang pembelajaran berdiferensiasi, terlebih dahulu kita dapat memetakan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu aspek kesiapan, minat dan profil murid. Setelah kebutuhan belajar murid dipetakan, kita juga harus mendata asset atau potensi yang dimiliki oleh sekolah untuk semaksimal mungkin dimanfaatkan guna keberhasilan terlaksananya pembelajaran berdiferensiasi.

b.       Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Proses kolaborasi tersebut juga dalam hal mendata asset atau potensi yang dimiliki sekolah atau lingkungan sekitar sekolah guna mendukung terlaksananya pembelajaran sosial emosional.

Sebelum mempelajari materi pada modul ini saya lebih sering memandang sesuatu dari segi kekurangannya dan  kurang memperhatikan asset atau potensi yang dimiliki oleh sekolah dan ingkungan sekitar sekolah. Akan tetapi, setelah mengikuti pembelajaran terkait modul ini, pola pikir saya mulai berubah, dari tadinya memandang segala sesuatu itu sebagai kekurangan, menjadi memandang segala sesuatu itu dari segi modal atau kelebihan. Sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran.


b.   Rancangan Tindakan

BAGJA atau 5 D (Define, Discovery, Dream, Design, Destiny/Deliver) 

PRAKARSA

PERUBAHAN

Strategi mengimplementasikan pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset

TAHAPAN

Pertanyaan

Daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan

B-uat pertanyaan (Define)

·     Bagaimana cara meningkatkan capaian nilai peserta didik dalam kegiatan Penilaian Tengah Semester (PTS) IPA?

·     Membuat kuisioner mengenai kegiatan PTS IPA dan menyebarkannya kepada peserta didik.

A-mbil pelajaran (Discover)

·     Kegiatan PTS IPA seperti apa yang diinginkan peserta didik?

·     Keterampilan apa yang harus saya kuasai untuk merancang kegiatan PTS IPA yang menarik?

·     Mengolah data hasil kuisioner dan menyimpulkannya.

·     Mencari informasi dan mempelajari berbagai metode dalam kegiatan PTS IPA yang menarik bagi peserta didik.

G-ali mimpi (Dream)

·       Apa keterampilan baru yang saya punya dalam merencanakan kegiatan PTS IPA yang menarik bagi peserta didik?

·       Bagaimana perasaan saya ketika melihat peserta didik antusias dan memperoleh nilai bagus dalam kegiatan PTS IPA?

·       Apa hal-hal yang mendukung/sumberdaya yang akan tersedia untuk meningkatkan pastisipasi peserta didik dalam kegiatan PTS IPA?

·     Menggunakan media ruang kelas dari ruang guru sebagai media dalam pelaksanaan PTS.

·     Mendata nilai terbesar dari setiap kelas yang diperoleh peserta didik, kemudian mengapresiasinya dengan mengumumkannya di wa grup mata pelajaran IPA.

·     Mengoptimalkan fasilitaas wifi untuk kegiatan PTS IPA bagi murid yang tidak punya kuota.

J-abarkan rencana (Design)

·       Berapa lama target untuk merencanakan kegiatan PTS yang menarik bagi peserta didik?

·       Apa tindakan-tindakan yang mendukung dalam merencanakan kegiatan PTS yang menarik bagi peserta didik?

·       Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?

·     Membuat capaian yang realistis dengan membuat time schedule

·     Berkolaborasi dengan rekan sesama guru IPA dalam merencanakan kegiatan PTS yang menarik bagi peserta didik.

·     Selalu melakukan evalusai dalam setiap tahapan.

A-tur eksekusi (Deliver)

·       Siapa saja yang akan saya libatkan dalam mewujudkan rencana ini? Berperan sebagai apa saja?

·       Kapan usaha merencanakan kegiatan PTS akan mulai dilakukan?

·      Saya akan mengajak rekan-rekan guru IPA untuk bersama-sama menyusun soal dan media PTS yang menarik bagi peserta didik.

·      Kegiatan perencanaan akan saya lakukan sebelum memasuki jadwal PTS dan mengaplikasikannya pada saat jadwal PTS.



RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA

Judul Modul   :  Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya

Nama Peserta :  Sri Maryati

Latar Belakang

·     Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya.

·     Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.

·     Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

·     Asset-Based Community Development (ABCD)  dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).

·     Penerapan  Asset-Based Community Development (ABCD)  dalam pelaksanaan PTS IPA dapat meningkatkan partisipasi dan kemampuan murid dalam mengerjakan soal PTS.

Linimasa Tindakan yang akan dilakukan

1.    Memperdalam penguasaan teknik Menyusun soal di aplikasi ruang kelas dari ruang guru.

2.    Mengkomunikasikan mengenai pentingnya berinovasi dalam kegiatan PTS kepada rekan di sekolah.

3.    Merencanakan kegiatan penyusunan soal PTS di ruang kelas ruang guru.

4.    Menyusun soal PTS

5.    Melaksanakan kegiatan PTS

6.    Mengevaluasi kegiatan PTS

7.    Pengambilan kesimpulan dari hasil pelaksanaan PTS

8.    Penyusunan rencana tindak lanjut

9.    Pembuatan artikel refleksi dari kegiatan “Aksi Nyata”

Tujuan

·     Melalui kegiatan PTS di ruang kelas ruang guru, murid dapat meningkatkan partisipasi dan capaian nilai PTS IPA.

 

 

Dukungan yang dibutuhkan

Untuk terlaksananya Rencana aksi nyatanya ini, membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, yaitu:

a.    Kepala sekolah : Penanggung jawab seluruh kegiatan di Sekolah

b.    CGP : Sebagai pelaksana program

c.    Rekan guru: Sebagai tempat berkonsultasi

d.    Murid: pelaksana kegiatan PTS

 

Tolok Ukur

Kegiatan Coaching dikatakan berhasil apabila:

1.    Mendapat dukungan dari berbagai pihak terkait

2.    Setiap tahapannya dapat terlaksana dengan baik

3.    Sebagian besar murid melaksanakan PTS di ruang kelas ruang guru.

4.    Sebagian besar murid memperoleh nilai bagus dalam PTS IPA.

 

Share This :

0 komentar