ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM105
Minggu, 18 Juli 2021

 

KONEKSI ANTAR MATERI - MODUL 2.1

Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Sri Maryati-SMPN 1 Sukaresmi


Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid (Tomlinson 2000). Hal-hal yang harus saya perhatikan dalam mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas adalah yang terkait dengan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar, tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, penilaian berkelanjutan, merespon kebutuhan belajar murid dan manajemen kelas yang efektif. Sebelum merancang pembelajaran berdiferensiasi, terlebih dahulu kita dapat memetakan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu aspek kesiapan, minat dan profil murid. Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran murid diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal karena pembelajaran berdiferensiasi berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan guru merespon kebutuhan belajar murid tersebut. Sebelum merancang pembelajaran berdiferensiasi, guru terlebih dahulu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya, Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu kesiapan belajar (readiness) murid, minat murid dan profil belajar murid. Murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi pada modul 2.1 ini berkaitan erat dengan materi pemetaan kebutuhan belajar murid pada modul ini. Selain itu, materi pada modul ini juga berkaitan erat dengan materi-materi pada modul sebelumnya, yaitu:

a.    Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara (KHD) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat
zaman
. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama. Hal tersebut sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi dimana kebutuhan belajar murid menjadi tujuan utamanya.

b.    Modul 1.2 Nilai-Nilai Dan Peran Guru Penggerak

Pembelajaran berdiferensiasi sejalan dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai tersebut yaitu:

-        Mandiri, Guru Penggerak yang mandiri, berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya ataupun pada dirinya sendiri.

-        Reflektif, Guru Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai berefleksi namun juga sampai melakukan aksi perbaikan yang bisa dilakukan. Mereka juga senantiasa terbuka untuk meminta dan menerima umpan balik dari orang-orang di sekelilingnya.

-        Kolaboratif, Guru Penggerak mampu senantiasa membangun hubungan kerja yang positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait) dalam mencapai tujuan pembelajaran.

-        Inovatif, Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu.

-        Berpihak pada murid, Guru Penggerak selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama.

Adapun peran guru penggerak yang berkaitan langsung dengan pembelajaran berdifernsiasi adalah:

-        Menjadi Pemimpin Pembelajaran, yaitu mendorong wellbeing ekosistem pendidikan sekolah. Yang dimaksud dengan wellbeing disini terkait dengan kondisi yang sudah berpihak pada murid.

-     Menggerakkan Komunitas Praktisi, banyaknya praktik baik yang bisa dibagikan dalam komunitas tersebut bisa menjadi bahan pembelajaran untuk para guru sejawat dan tentunya untuk Guru Penggerak tersebut juga.

-     Menjadi Coach Bagi Guru Lain, merefleksikan hasil pengalamannya sendiri serta guru lain untuk dijadikan poin peningkatan untuk pembelajaran.

-     Mendorong Kolaborasi Antar Guru, membuka ruang diskusi positif dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan di luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

-     Mewujudkan Kepemimpinan Murid, membantu para murid ini untuk mandiri dalam belajar, mampu memunculkan motivasi murid untuk belajar, juga mendidik karakter murid di sekolah

c.    Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Sebagai guru harus dapat mendesain lingkungan belajar yang memungkinkan tumbuhnya murid merdeka yang memiliki kemandirian dan motivasi intrinsik yang tinggi. Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah Inkuiri Apresiatif (IA) yang dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Cooperrider (Noble & McGrath, 2016), yang adalah tokoh yang mengembangkan IA, menyatakan bahwa pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa, termasuk dalam mendesain pembelajaran berdiferensiasi untuk mencapai kebutuhan belajar murid.

d.    Modul 1.4 Budaya Positif

Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Budaya positif di sekolah ialah  nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Sebagai pamong untuk menuntun murid dalam belajar, guru diharapkan dapat menjadi inisiator dalam mewujudkan budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid, salah satunya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk memfasilitasi kebutuhan belajar murid.

 

DAFTAR PUSTAKA

Dharma, A. (2020). Nilai-Nilai Dan Peran Guru Penggerak. Kemdikbud, Jakarta.

Dharma, A. (2020). Visi Guru Penggerak. Kemdikbud, Jakarta.

Evans, R. (2001). The Human Side of School Change: Reform, Resistance, and the Real-Life Problems of Innovation. The Jossey-Bass Education Series. Jossey-Bass Inc., Publishers, 350 Sansome Street, San Francisco, CA 94104.

Kusuma, O.D. & Luthfah, S. (2020).  Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Kemdikbud, Jakarta.

Noble, T., & McGrath, H. (2016). The prosper framework for student wellbeing. In The PROSPER School Pathways for Student Wellbeing (pp. 25-95). Springer, Cham.

Rafael, S.P. (2020). Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Kemdikbud, Jakarta.

Yuannita, P., Gunarti, S.I. & Tiasari, A.J. (2020). Budaya Positif. Kemdikbud, Jakarta.

Tomlinson, C. A. (2001). How to differentiate instruction in mixed-ability classrooms. ASCD.

Tomlinson, C. A. (2000). Differentiation of Instruction in the Elementary Grades. ERIC Digest.

 

 

Share This :

0 komentar