KONEKSI ANTAR MATERI - MODUL 2.1
Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran
Berdiferensiasi
Sri
Maryati-SMPN 1 Sukaresmi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan
proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap
murid (Tomlinson 2000). Hal-hal yang harus saya perhatikan dalam mewujudkan
pembelajaran berdiferensiasi di kelas adalah yang terkait dengan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk
belajar, tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, penilaian
berkelanjutan, merespon kebutuhan
belajar murid dan manajemen kelas yang efektif. Sebelum merancang pembelajaran
berdiferensiasi, terlebih dahulu kita dapat memetakan kebutuhan belajar murid,
paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu aspek kesiapan, minat dan profil
murid. Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan
untuk
mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran murid
diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar
murid.
Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi
kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal karena
pembelajaran
berdiferensiasi berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan guru
merespon kebutuhan belajar murid tersebut. Sebelum merancang pembelajaran
berdiferensiasi, guru terlebih dahulu melakukan identifikasi kebutuhan belajar
dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap
kebutuhan belajar murid-muridnya, Tomlinson (2001) dalam bukunya yang
berjudul How to Differentiate Instruction in
Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan
kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu kesiapan belajar (readiness) murid, minat
murid dan profil belajar murid. Murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika
tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka
miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu
keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai
(profil belajar).
Memenuhi kebutuhan belajar murid
melalui pembelajaran berdiferensiasi pada modul 2.1 ini berkaitan erat dengan
materi pemetaan kebutuhan belajar murid pada modul ini. Selain itu, materi pada
modul ini juga berkaitan erat dengan materi-materi pada modul sebelumnya,
yaitu:
a. Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan
Nasional Ki Hadjar Dewantara
Ki
Hadjar Dewantara (KHD) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala
kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat
alam dan kodrat
zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana
anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama. Hal
tersebut sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi dimana kebutuhan belajar
murid menjadi tujuan utamanya.
b. Modul 1.2 Nilai-Nilai Dan Peran Guru Penggerak
Pembelajaran
berdiferensiasi sejalan dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak.
Nilai-nilai tersebut yaitu:
- Mandiri, Guru
Penggerak yang mandiri, berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam
dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya
ataupun pada dirinya sendiri.
- Reflektif, Guru Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai
berefleksi namun juga sampai melakukan aksi perbaikan yang bisa dilakukan.
Mereka juga senantiasa terbuka untuk meminta dan menerima umpan balik dari
orang-orang di sekelilingnya.
- Kolaboratif, Guru
Penggerak mampu senantiasa membangun hubungan kerja yang positif terhadap
seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan sekolah ataupun di
luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait) dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
- Inovatif, Guru
Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait
situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu.
- Berpihak pada
murid, Guru Penggerak selalu bergerak dengan mengutamakan
kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama.
Adapun peran guru penggerak yang
berkaitan langsung dengan pembelajaran berdifernsiasi adalah:
- Menjadi Pemimpin Pembelajaran, yaitu mendorong wellbeing ekosistem pendidikan sekolah. Yang dimaksud dengan wellbeing disini terkait dengan kondisi yang sudah berpihak pada murid.
- Menggerakkan Komunitas Praktisi, banyaknya praktik baik yang bisa dibagikan dalam komunitas tersebut bisa menjadi bahan pembelajaran untuk para guru sejawat dan tentunya untuk Guru Penggerak tersebut juga.
- Menjadi Coach Bagi Guru Lain, merefleksikan hasil pengalamannya sendiri serta guru lain untuk dijadikan poin peningkatan untuk pembelajaran.
- Mendorong Kolaborasi Antar Guru, membuka ruang diskusi positif dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan di luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
- Mewujudkan Kepemimpinan Murid, membantu para murid ini untuk mandiri dalam belajar, mampu memunculkan motivasi murid untuk belajar, juga mendidik karakter murid di sekolah
c. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Sebagai
guru harus dapat mendesain lingkungan belajar yang memungkinkan tumbuhnya murid
merdeka yang memiliki kemandirian dan motivasi intrinsik yang tinggi. Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan
proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Salah satu
pendekatan yang bisa digunakan adalah Inkuiri Apresiatif (IA) yang dikenal
sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan.
Cooperrider (Noble & McGrath, 2016), yang adalah tokoh yang mengembangkan
IA, menyatakan bahwa pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif
dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan
oleh proses manajemen perubahan yang biasa, termasuk dalam mendesain
pembelajaran berdiferensiasi untuk mencapai kebutuhan belajar murid.
d. Modul 1.4 Budaya Positif
Menurut
Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam
operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami
dan mendorong perubahan budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan
yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap,
perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Budaya
positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan
kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat
berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Sebagai pamong
untuk menuntun murid dalam belajar, guru diharapkan dapat menjadi inisiator
dalam mewujudkan budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid, salah
satunya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk memfasilitasi
kebutuhan belajar murid.
DAFTAR
PUSTAKA
Dharma, A. (2020). Nilai-Nilai Dan Peran Guru
Penggerak. Kemdikbud, Jakarta.
Dharma, A. (2020). Visi Guru Penggerak. Kemdikbud, Jakarta.
Evans, R. (2001). The Human Side of School Change: Reform,
Resistance, and the Real-Life Problems of Innovation. The Jossey-Bass Education
Series. Jossey-Bass Inc., Publishers, 350 Sansome Street, San Francisco, CA
94104.
Kusuma,
O.D. & Luthfah, S. (2020). Memenuhi Kebutuhan
Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Kemdikbud, Jakarta.
Noble, T., & McGrath, H. (2016). The prosper framework for student
wellbeing. In The PROSPER School Pathways for Student Wellbeing (pp.
25-95). Springer, Cham.
Rafael, S.P.
(2020). Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Kemdikbud,
Jakarta.
Yuannita, P.,
Gunarti, S.I. & Tiasari, A.J. (2020). Budaya
Positif. Kemdikbud, Jakarta.
Tomlinson, C. A. (2001). How to differentiate instruction in
mixed-ability classrooms. ASCD.
Tomlinson, C. A. (2000). Differentiation of Instruction in the
Elementary Grades. ERIC Digest.


0 komentar