ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM105
Selasa, 27 April 2021

KESIMPULAN DAN REFLEKSI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA


Proses pembelajaran yang saya lakukan selama ini masih didominasi oleh guru sehingga belum memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikir. Cara mengajar yang saya lakukan lebih banyak hanya satu arah (teacher centered) menyebabkan penumpukan informasi atau konsep saja yang kurang bermanfaat bagi siswa. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian U. Setyorini, dkk, (2011) bahwa guru selalu menuntut siswa untuk belajar, tetapi tidak mengajarkan bagaimana siswa seharusnya belajar dan menyelesaikan masalah.

Pada hakikatnya IPA sebagai kumpulan pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model yang biasa disebut produk selain itu yang paling penting dalam IPA adalah proses dalam pembelajaran. Selain memberikan bekal ilmu kepada siswa, mata pelajaran IPA merupakan wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (U. Setyorini, dkk, 2011). Pada kenyataannya secara umum guru sains, termasuk saya sendiri cenderung sering menggunakan metode ceramah. Guru sains cenderung menggunakan metode tersebut disebabkan keterbatasan waktu, mengejar materi dan sarana prasarana yang kurang memadai.

Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif menyebabkan kurang seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Sebagian besar dari siswa juga tidak mampu memghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan atau dipergunakan (U. Setyorini, dkk, 2011). Tentu saja hal tersebut cenderung membuat siswa terbiasa menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau kemampuan pikirnya dan menjadikan siswa malas untuk berpikir serta terbiasa malas berpikir mandiri.

Salah satu tokoh perjuangan Pendidikan Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat atau yang lebih kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara (KHD. Beliau adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pioner pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda melalui pendirian Perguruan Taman Siswa. KHD dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Sukarno dan tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Pemikiran besar yang dilahirkan dari buah karya Ki Hajar Dewantara sangat melegenda di benak masyarakat Indonesia. Beliau mencetuskan semboyan Ing ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun semangat, kemauan), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan) yang kini menjadi insiprasi besar bagi kalangan guru dalam dunia pendidikan.

Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD) pengajaran itu tidak lain adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Praktik pembelajaran yang tidak sesuai akan mematikan kodrat anak. Bagi KHD pendidikan harus dilakukan dengan cara-cara yang humanis, memperhatikan kodrat keadaan anak (kodrat alam dan kodrat Zaman) serta  membuat anak merasa Bahagia. Hal terpenting dari pemikiran KHD adalah bahwa pendidikan harus memerdekakan.  

Pendidikan yang memerdekakan dalam prosesnya meletakan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. Pemikiran KHD tersebut sejalan tantangan global abad 21 yang menuntut perubahan paradigma pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran yang berpusat pada guru beralih pada siswa (student centered). Upaya yang dapat dilakukan dalam perubahan paradigma pembelajaran antara lain berupa perbaikan strategi pembelajaran.  Model pembelajaran yang diharapkan mempermudah siswa dalam mempersiapkan dirinya dalam menghadapi tantangan global abad 21, terutama kemampuan berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah sehingga tercapai hasil yang lebih maksimal. Penguasaan materi bukan satu-satunya tujuan akhir dari mata pelajaran IPA. Akan tetapi, mata pelajaran IPA juga membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran berbasis masalah. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang keterampilan pemecahan masalah (Arends, 2007). Menurut Hung (2008), Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah kurikulum yang merencanakan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan instuksional.

Hasil penelitian Syah (2009) menyatakan bahwa penerapan model PBL dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis sebesar 15% dan 18% untuk hasil belajarnya. Selain itu berdasarkan hasil penelitian Arnyana (2007) menyebutkan bahwa model PBL dapat (1)
meningkatkan pemahaman konsep; (2) meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah; (3) meningkatkan kemampuan menerapkan konsep-konsep; (4) meningkatkan
sikap positif siswa; dan (5) meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu,
model PBL ini juga bisa menerapkan pembelajaran student centered (Saidah, N. et al.,
2014).

Dari KHD saya banyak belajar, terutama tugas kita sebagai pendidik adalah sebagai fasilitator yang menyajikan masalah atau pertanyaan. Dalam PBL, siswa diorganisasikan untuk berada pada sekitar pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan sosial dan pribadinya. Pembelajaran diarahkan pada situasi nyata, menghindari jawaban sederhana dengan memperbolehkan adanya keragaman solusi yang kompetitif beserta argumentasi (N. Shofiyah & F. E. Wulandari, 2018). Penyelidikan otentik PBL menghendaki peserta didik menggeluti penyelidikan otentik dengan memperoleh pemecahan nyata terhadap masalah-masalah nyata. Mereka menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bila diperlukan) membuat inferensi dan membuat kesimpulan. Menghasilkan karya nyata dan memamerkan.

PBL menghasilkan produk dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya. Produk ini mewakili sebuah solusi yang dapat berupa skip sinetron, sebuah laporan, model fisik, rekaman vidio atau program komputer yang di bahas dan dirancang untuk dikomusikasikan kepada pihak-pihak terkait. Kolaborasi. Ditandai dengan peserta didik bekerjasama dengan peserta didik lain dalam sebuah kelompok kecil ataupunn secara berpasangan. Saling bekerjasama mendatangkan motivasi unrtuk keterlibatan lanjutan dalam tugastugas komplek dan memperkaya kesempatankesepatan berbagi inkuiri dan dialog dan untuk perkembangan keterampilan-keterampilan sosial (N. Shofiyah & F. E. Wulandari, 2018).

Menciptakan merdeka belajar dalam pembelajaran di kelas melalui penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang menurut penelitian dapat meningkatkan kemampuan profil pelajar pancasila bernalar kritis peserta didik merupakan salah satu pemikiran KHD yang saya refleksikan ke dalam pembelajaran yang relevan dengan Tujuan Pendidikan dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Setyorini, U., Sukiswo, S. E., & Subali, B. (2011). Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Jurnal pendidikan fisika indonesia7(1).

Arends, R. I. (2008). Learning to teach: Belajar untuk mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hung, W., Jonassen, D. H., & Liu, R. (2008). Problem-based learning. Handbook of research on educational communications and technology3(1), 485-506.

Syah, F. R. (2009). Pembelajaran model problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas IX SMPN 2 Sumenep. Pembelajaran model problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas IX SMPN 2 Sumenep/Faizal Rahman Syah.

Arnyana, I. B.P. 2007. Penerapan Model PBL pada Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Singaraja. Jurnal Undhiksa, Surabaya.

Saidah, N., Parmin, P., & Dewi, N. R. (2014). Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis Problem Based Learning Melalui Lesson Study Tema Ekosistem dan Pelestarian Lingkungan. Unnes Science Education Journal3(2).

Shofiyah, N., & Wulandari, F. E. (2018). Model problem based learning (PBL) dalam melatih scientific reasoning siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA3(1), 33-38.

Share This :

0 komentar